Masuk PPDS? Siapa takut.. :)

Ga kerasa udah 10 tahun yang lalu nulis di blog ini tentang kiat masuk FK. Well ternyata tulisan saya yang ga seberapa waktu itu dapat hits lebih dari 100 bukti bahwa peminat kedokteran masih cukup banyak...

Setelah sepuluh tahun berlalu blog ini saya tinggalkan, entah saya lupa waktu itu karena apa.. entah karena malas, lupa password, atau terlena dengan kesibukan menjadi seorang mahasiswa kedokteran..
Well alhamdulillah saat ini saya sudah lulus dokter, saya lulus tahun 2015 dari FK Universitas Muhammadiyah Malang. Setelah lulus saya menjalani program internsip di sebuah rumah sakit swasta di kota asal saya, yaitu Kediri. Setelah internsip saya pun bekerja di rumah sakit yang sama. Alhamdulillah setelah kurang lebih satu setengah tahun saya bekerja sebagai dokter umum saya dapat kesempatan melanjutkan impian saya untuk melanjutkan pendidikan dokter spesialis yang saya idam-idamkan yaitu seorang spesialis paru atau pulmonologis.

Apa itu PPDS? PPDS adalah singkatan dari Program Pendidikan Dokter Spesialis yaitu adalah sebuah pendidikan yang harus ditempuh seorang dokter umum untuk mendapat keahlian dan kompetensi sehingga dapat menyandang gelar/brevet spesialis di bidang tertentu. Menjadi seorang PPDS adalah salah satu impian dari banyak dokter umum. Walaupun setelah jadi dokter umum tidak harus menjadi seorang spesialis, banyak bidang ilmu lain yang bisa dipilih misal menjadi seorang dosen/pengajar, dokter manajemen rumah sakit, dokter puskesmas, dokter perusahaan, dan sebagainya.

Biasanya mereka yang memilih untuk melanjutkan PPDS bisa karena banyak latar belakang, bisa karena memang suka ilmunya (alasan paling sering saat wawancara), bisa karena terinspirasi dari guru atau konsulennya, bisa karena pengalaman dalam menangani suatu kasus saat menjalani koas atau dokter umum, atau bisa karena meneruskan spesialisasi orang tuanya (bagi yang darah biru hehehehe..)

Berikut mungkin tips yang bisa saya bagikan kepada para pejuang PPDS sekalian, tips ini dari pengalaman pribadi jadi ya mungkin ada beberapa yang bisa dipakai, kalau yang tidak ya tidak apa-apa hehehe

1. Bulatkan tekad
Memilih bidang spesialisasi adalah kunci awal. Tentukan bidang spesialisasi apa yang diminati. Pada awalnya mungkin kita akan idealis. Tapi setelah lulus dan bekerja, mungkin kita akan berpikir kembali ternyata tidak selalu jiwa idealis kita akan bertahan. Banyak faktor yang harus kita pikirkan selain cuma "suka ilmunya" misalnya adanya rekomendasi, peluang masuk, mau kembali kemana setelah lulus dsb. Kalau saya sendiri bulat tekad untuk meneruskan spesialis paru pada saat saya internsip. Setelah mendalami dan sering ikut seminar paru semakin tertarik saya pada ilmu ini. Dulu materi tentang faal paru FEV1,FVC,TLC,FEEF25,dll atau regimen obat TB 2HRZE/4HR yang cuma ditelan saja saat UKMPPD ternyata setelah dibaca kembali membuat saya tersadar bahwa ilmu ini menarik.. (witin tresno jalaran soko kulino hehehe). Selain itu saya juga mendapat banyak pengalaman menangani kegawatan paru saat menjadi dokter jaga IGD. Kombinasi keduanya membulatkan tekad saya untuk menjadi seorang PPDS paru.

2. Cari rekomendasi
Rekomendasi apakah penting? Iya penting. Apakah wajib? Tidak selalu. Rekomendasi bisa menjadi pendukung dan nilai plus saat kita akan mengambil spesialisasi tertentu. Rekomendasi bisa kita dapat dari guru atau dosen kita, dokter di rumah sakit tempat kita bekerja, keluarga dekat kita, dan lain sebagainya. Apa sih kegunaan rekomendasi? Menurut beberapa info yang saya dapat rekomendasi bisa jadi tolak ukur dan informasi kepada penguji ppds tentang latar belakang dan nasib kedepan kita. Istilahnya kan bila kita mau berguru dan belajar kan harus izin dan kulonuwun dulu pada senior kita. Rekomendasi juga bisa sebagai penialian awal bahwa attitude kita dan hubungan kita dengan calon senior kita nanti baik-baik saja..hehehe. Kalau saya dulu mendapat rekomendasi dari dokter spesialis paru di tempat saya bekerja. Saya magang dan belajar kepada beliau kurang lebih 9 bulan sebelum tes masuk. Beliau sangat baik sering sekali mengajak diskusi pasien, mengajarkan tentang ilmunya, dan alhamdulillah beliau bersedia memberikan rekomendasinya pada saya.

3. Siapkan akademik
Belajar tentu jelas harus dilakukan sebelum tes masuk.. Kalau bisa harus mulai dicicil dari awal kita berniat masuk PPDS. Beberapa teman yang saya kenal sudah mulai belajar dari setelah lulus dokter. Belajar bisa kita lakukan sendiri atau bersama-sama, bisa juga dengan mengikuti seminar ilmiah bidang yang kita sukai, atau bisa dengan magang dan ikut konsulen di tempat kita bekerja (ini juga bisa sebagai cara memperoleh rekomendasi hehehe). Seorang teman yang saya kenal bahkan mempersiapkan diri dengan "off" dari segala rutinitas jaga dan tempat kerja beberapa bulan sebelum ujian karena memang benar-benar ingin fokus saat ujian masuk PPDS. Kalau saya dulu ya belajarnya sambil kerja karena juga ada pekerjaan di manajerial RS, tapi karena sudah mencicil dari internsip alhamdulillah terasa lebih ringan. hehe
Persiapan selain belajar tentang ilmu medisnya, yang tidak kalah penting juga adalah belajar materi tes masuk. Biasanya ada tes psikologi, tes potensi akademik, dan tes TOEFL. Materi tersebut harus disiapkan karena bukan tidak mungkin dapat menjadi batu sandungan saat ujian masuk bila kita tidak mempersiapkannya dengan baik. Kita bisa membeli buku latihan materi TPA yang banyak dijual atau bisa juga les dan bimbingan privat. Mempersiapkan hal tersebut akan membuat kita lebih percaya diri saat mengahadapi tes masuk PPDS.

4. Siapkan rencana finansial selama PPDS
Persiapan finansial harus ada, bahkan cukup penting selama menajalani PPDS. Jangan sampai PPDS kita akan terganggu di tengah jalan karena persiapan finansial yang kurang matang. Bila sudah berkeluarga maka diskusi dengan pasangan adalah hal yang terbaik. Komitmen tentang pembiayaan PPDS juga ditanyakan saat wawancara masuk PPDS. Jadi pastikan jawaban kita tegas dan pasti oleh karena sebelumnya kita memang sudah mempersiapkan hal tersebut. Sumber dana bisa darimana saja, misal pasangan kita, orang tua, mertua, beasiswa kemenkes, LDPD, beasiswa swasta, dll. Kalau saya sendiri alhamdulillah selain didukung oleh pasangan (istri) juga mendapatkan bantuan biaya dari rumah sakit tempat saya bekerja.

5.Restu orang-orang tercinta
Restu orang-orang tercinta terutama keluarga sangatlah penting. Minta doa dan restu kepada ayah dan ibu bila masih belum menikah, bila sudah restu pasangan dan anak. Karena merekalah orang yang akan pertama kali kehilangan kita saat kita menjalani kesibukan sebagai PPDS. Berilah pengertian kepada keluarga dan pasangan. Mungkin kehidupan kamu akan terenggut untuk beberapa waktu ke depan dengan kesibukan di rumah sakit hingga jarang berkumpul bersama keluarga. Hal ini perlu dilakukan agar keluarga tidak protes di kemudian hari saat melihatmu berpakaian lusuh, muka kusut, dan jalan kayak zombie post jaga 40 jam di RS hahahaha. Doa restu pasangan dan orang tua juga merupakan salah satu doa yang diijabah oleh Allah SWT agar meringankan jalanmu menuju mimpimu...


Saya rasa itu dulu sharing pengalaman saya dalam mempersiapkan tes masuk PPDS. Saat ini saya sudah masuk di pertengahan semester kedua dalam per-PPDS-an saya di FK UNAIR. Mohon doanya agar saya bisa lancar dan lulus tepat waktu ya... Buat yang mau masuk PPDS tetap semangaat dan semoga sukses meraih mimpimu. Dan tetaplah belajar dan berjuang demi kesembuhan pasien-pasienmu kelak..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Let me introduce myself :)

Dilema Kawat Gigi